Kali ini alur cerita lebih banyak dititik beratkan pada faktor kemunculan para dewa Titans ini, dan para penonton termasuk saya, dibuat kagum pada penampilan para kaiju , sang Dewa Titans , seperti Godzilla, Mothra, Ghidorah, dan Rodan .
Tanpa detil penjelasan yang berbelit, penonton langsung dibawa pada pemikiran bahwa dunia berada diambang kehancuran yang disebabkan oleh ulah manusia dan hanya bisa diselamatkan dengan dibangkitkan kembali para kaiju yang selama ini tersembunyi dari penglihatan manusia.
Namun tentunya alur cerita tak akan seru jika tidak ada pihak pro dan kontra, dan ini melibatkan satu keluarga yang digambarkan di awal , saat kebangkitan kaiju pertama kali, telah kehilangan salah satu anggotanya. Meraka seolah tenggelam dalam kesedihan dan hubungan meraka sebagai keluarga terpecah, dan masing-masing memiliki tujuan tersendiri, berkaitan dengan "mengingat" anggota keluarga yang telah meninggal ini.
Disinilah penonton diberi kejutan-kejutan kecil, yang sayangnya tidak memberikan efek yang diharapkan, karena seolah sudah dapat tertebak arahnya. Drama pro konta keluarga ini , ibarat bumbu yang apabila dihilangkan, juga tidak memberikan dampak apapun bagi alur cerita.
Penonton seolah hanya diberi ruang untuk menyaksikan baku hantam para kaiju , dengan tiap ronde memberikan pertarungan yang standar dan hasilnya juga sudan dapat ditebak.
Mengingat film Godzilla yang drills than 2019 ini, masih terkait dengan Godzilla tahun 2014, saya sendiri menduga bahwa drama ini sengaja diperkecil , sehingga berkesan sebagai bumbu penyedap cerita saja, hal ini dikarenakan pada Godzilla tahun 2014, alur cerita memang lebih menekankan pada drama keluarga , dan kemudian baru berfokus pada Godzila. Akibatnya Godzilla tahun 2019, kadar penceritaanpun bergeser, menjadi lebih berfokus pada kebangkitan Titans dan memberikan porsi ceci bagi drama keluarga.
Namun tentunya bagi yang tidak mengikuti cerita Godzilla tahun 2014, tidaklah akan memahami hal ini, sehingga anggapan bumbu penyedappun tak dapat dihindarkan.
Salah satu teknik cerita yang dipergunakan, yaitu salah faham, juga kembali diterapkan dalam film ini, namun kali ini berkaitan dengan Godzilla, yang merupakan tokoh utama dalam film ini. Ini memberikan tempat bagi pengorbanan manusia , demi menyelamatkan dunia. Salah satu adegan heroik, yang selalu disematkan dalam film-film bertemakan penyelamatan dunia. Namun entah mengapa, pengorbanan mereka seolah terasa hambar, dan penonton kembali dibuat terpukau saat pertarungan antar kaijupun kembali berlangsung.
Nampaknya kali ini fokus memang pada para dewa Titans, sehingga pengorbanan manusia seolah ibarat pengorbanan hewan yang seolah sudah sepatutnya. Para dewa Titans ini sebagai penyelamat dun, telah menjadi penentu kekuasaan dunia, dimana mantisa dan seluruh rantai ekosistemn dunia dibawahnya, berada pada belas kasihan para DewaTitans, dengan pemimpinnya Godzilla.
Penggabungan dengan mitos dan cerita rakyat pada penyampaian bahwa Kaiju adalah Dewa Titans penguasa sejati dunia, dilakukan dengan sangat halus dan tidak memberikan penolakan dari para penonton.
Sangat dinantikan pertempuran selanjutnya, Godzillla vs Kong, yang direncanakan akan dirills tahun 2020 dan kelanjutan alur cerita yang menempatkan kaiju sebagai rantai ekosistem pertama di dunia. Akankah benar manusia, akan menjadi yang kedua? Akankah manusia dapat merubah urutan rantai ini, dan menjadi yang pertama kembali?
Agensi crypto-zoological Monarch berhadapan dengan sekelompok monster seukuran dewa, yaitu Godzilla yang perkasa, Mothra, Rodan, dan musuh bebuyutannya Ghidorah berkepala tiga.
Sutradara: Michael Dougherty
Penulis: Michael Dougherty, Zach Shields, Max Borenstein
Pemain: Kyle Chandler, Vera Farmiga, Millie Bobby Brow, Ken Watanabe dan lain-lain