No Title
  • Home
  • Movie
  • Tekno
  • Game
  • What to watch

Countdown film layar lebar pertama karya Justin Dec

10/27/2019

0 Comments

 
Bagaimana jika kamu dapat mengetahui waktu kematianmu sendiri?
​Apakah kamu ingin mengetahuinya?
Picture
Berawal dari ide cerita ini, Justin Dec yang mendapatkan penghargaan sebagai "Sutradara Terbaik" di Festival Televisi New York 2010, melalui filmnya berjudul  Rolling , mulai menggarap film Countdown.

Jika dilihat dari trailernya , film ini sekilas  ide ceritanya menyerupai film Final Destination , karena berkaitan dengan kematian dan cara mengelabui kematian. 

Alur cerita bermain dalam genre misteri dan horor , dengan banyak elemen yang berbau teror berikut materi-materi pendukungnya.

Penarik dalam film ini adalah keluarga berikut upaya yang hendak dilakukan untuk menyelamatkan keluarga dari cengkraman kematian, serta aplikasi yang dapat diunduh melalui telepon genggam .
Melalui dua poin penarik ini, maka diharapkan penonton milenial masa kini dapat merasa terwakili kehidupan sehari-hari mereka dan menyukai film ini .

​Alur cerita akan mengajak penonton memahami alasan di balik munculnya aplikasi ini . Namun tentunya semua hal ada sebab dan akibatnya ,apabila sesuatu sebab  dilanggar akan menimbulkan akibat lainnya.


Beberapa adegan "jump scare" , nampak sering dimunculkan dan dalam beberapa adegan penonton dibawa alam pikirannya ke mental mindset akan nyatanya kehadiran mahluk lain yang memiliki kekuatan besar untuk dapat mengambil nyawa manusia.

Sudut pengambilan gambar dalam beberapa adegan ini menarik dan sekilas mengingatkan pada beberapa adegan sulap yang sangat disukai oleh banyak orang.


Pemeran utama diberikan kepada ​Elizabeth Lail , pemeran Anna (Frozen) dalam  film serial televisi Once Upon a Time.  

Walaupun alur cerita dapat ditebak , namun secara keseluruhan film ini dapat menjadi alternatif tontonan dalam suasana Hallowen , serta cukup menakutkan bagi beberapa penonton film pemula dengan tema horror misteri 
​
0 Comments

Festival Film Madani 2019 dengan tema rekonsiliasi dibuka dengan pemutaran film Yomeddine

10/21/2019

0 Comments

 
Picture
Yomeddine  (Judgement Day) karya sineas negara Mesir, Abu Bakr Shawky menjadi film pembuka penanda dimulainya Festival Film Madani 2019.

Yomeddine terpilih sebagai nominasi utama Palme d"Or kompetisi Cannes Film Festival 2018, dan berhasil menadapatkan Francoise Calais Prize.  dan bercerita mengenai seorang penganut Koptik yang menderita penyakit lepra sebagai tokoh utama. Wajahnya yang rusak bikin ia dijauhi orang, tapi ia menemukan sosok keluarga dalam diri seorang bocah Muslim yatim piatu.

Festival Film Madani didukung oleh Pusat Pengenbangan Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, @amerika, Intitut Francais d"Indonesia (IFI),  Dewan Kesenian Jakarta, Bina Nusantara University, Cinema XXI, Goethe Institut, Falcon Pictures, MD Pictures, Indiskop, Kineforum, Dewan Kesenian Jakarta, East Cinema, Infoscreening, Repuplika, Koran Tempo, Tempo.co, Beritagar.id, Ruangobrol.id, Alif.id, Islam.co dan Seputar Event.
Picture
Festival Film Madani kali ini mengambil tema Reconcile (rekonsiliasi), dan film-film yang diputar adalah film-film yang mengangkat kehidupan umat Muslim  di dunia.
Kata ini berasal dari gabungan dua kata Latin , "re" yang berarti  "kembali" dan "conciliare" yang berarti "menyatukan". Dalam bahasa Arab, kata yang dekat dengan "reconcile" adalah "istilah". 
Biasanya rekonsiliasi terkait dengan konflik , dan tentunya akhirnya bisa terkait pada penyelesaian solusi, hingga hal- hal tragis.

Pada festival film Madani , direncanakan akan ada  
29 film panjang, pendek, dan dokumenter. Adapun film-film Indonesia yang diputar adalah Habibie dan Ainun (2012), Para Perintis Kemerdekaan (1977), Uang Panai (2016), Kantata Takwa (2008), dan Jack (2019). Kemudian film-film dari luar Yomeddine (Mesir), 3 Faces (Mesir), Bilal: A New Breed of Hero (UEA), He Named Me Malala (AS), Le Challat de Tunis (Tunisia), dan Beauty and the Dogs (Prancis-Tunisia).

Festival Film Madani berlangsung dari tanggal 21 Oktober 2019 s/d 27 Oktober 2019


0 Comments

Maleficent: Mistress of Evil

10/17/2019

0 Comments

 
Picture
​Film Disney memang merupakan salah satu film yang dinanti-nanti , karena alur ceritanya yang menarik, Indah dan juga sarat makna. 

Setelah sukses dengan film pertama berjudul Maleficent pada tahun 2014.  Memang penonton telah diberikan alternatif alur pemikiran baru, bahwa yang terlihat di mata, yang terdengar, bisa jadi bukanlah hal yang semestinya terjadi . 
Dengan pola pemikiran inilah, film Maleficent : Mistress of Evil digawangin pembuatannya dan film Ini mampu mengobati kerinduan pada karakter puteri Aurora, Maleficent beserta dunia penuh keajaiban ala Disney. 

Maleficent : Mistress of Evil merupakan lanjut an dari film Maleficent tahun 2014, diceritakan bahwa Aurora memimpin kerajaan Moors dengan segala keunikannya, namun karena berjalannya waktu, maka akhirnya puteri Aurora dan  Philip akan melangsungkan pernikahan yang juga menyatukan dua dunia yang berbeda. 

Tentunya layaknya sebuah pernikahan, acara demi acara yang melibatkan keluarga , harus pula dijalani. 
Saat inilah Maleficent dan Aurora menghadapi kenyataan yang mengejutkan dan Aurorapun terpaksa harus berpisah dengan Maleficent . 
Aurora merasa terombang ambing dalam posisi nya sebagai manusia dan juga perannya sebagai penguasa kerajaan Moors. 
Terlebih Maleficent merasakan hal yang aneh sedang berlangsung, sehingga belum memberikan restunya. 

Saat kejadian raja John mendadak mengalami  hal yang sama seperti yang dialami oleh Aurora, mendadak Maleficent pun kembali berada dalam posisi menjadi sosok yang jahat dan mengerikan bagaikan monster. Aurora yang dalam kondisi bimbang pun tak mampu mengelak pada perasaan yang timbul saat melihat raja John mendadak mengalami hal yang sama menimpa dirinya, dalam bimbangnya Aurora pun berada dalam posisi bersebrangan dengan Maleficent dan mereka berduapun terpisah. 
Maleficent yang berusaha melepaskan diri dari tuduhanpun segera bergegas keluar, namun mengalami hal tak terduga dan membawanya menemukan suatu rahasia mengenai keberadaan jati dirinya dan kaumnya . 
Sejalan dengan waktu, Aurora dan Maleficent akhirnya seolah dilahirkan kembali saat menemukan motif sesungguhnya dibalik semua kejadian yang mereka alami dan bersama-sama berjuang untuk mengembalikan kembali segala sesuatu seperti sedia kala. 

Jika melihat film dari Disney, penonton memang selalu diberi sajian elemen visual yang megah, menarik dipandang oleh mata dan memuaskan hati. Dalam film Maleficent, penonton akan dibawa ke alam dunia penuh imajinasi dan banyak ragam perbedaan yang bila disatukan, bersanding dengan penuh harmoni.  Jika tiada keselarasan, maka kebaikan , kasih sayang dan kontrol diri lah yang dapat membenahi semuanya. Anak-anak jika diberi penjelasan yang tepat oleh orang tua, dapat mulai memahami betapa kompleksnya dunia dewasa sebagaimana diceritakan dialami oleh  ratu Ingrith. Namun kebaikan, kasih sayang dan kontrol diri lah yang dapat memenangkan semua.  Sutradara Joachim Rooning mampu menghadirkan kisah yang cukup emosional yang naskahnya ditulis oleh Linda Woolverton bekerja sama dengan Noah Hapster & Micah Fitzerman-Blue ini , bagi seluruh anggota keluarga dan memberikan ruang diskusi. 

Tak kalah juga kostum-kostum yang dikenakan oleh para aktor dan aktris, yang dikerjakan oleh Ellen Mirojnick mampu memberikan imajinasi yang indah pada tampilan visual pakaian yang dikenakan .
Menariknya lagi penonton di Indonesia, dapat pula merasakan sensasi visual Ini melalui kolaborasi spesial antara Disney dengan para seniman dan desainer lokal berbakat. Dengan tajuk Saints, Evils and In Between: A Special Art and Fashion Collaboration Inspired by Disney’s Maleficent:Mistress of Evil, “ kolaborasi Ini melibatkan sepuluh seniman Dan desainer Indonesia yaitu Anis Kurniasih, Aurora Santika, Dian Suci Rahmawati, Nus Salomo, Han Chandra, Atreyu Moniaga Dan Robby Garsia dari Proyek Atreyu Moniaga (AMP), Albert Yanuar, Andreas Odang dan Imelda Kartini. 
Hasil karya mereka , dapat disaksikan pula dalam acara Jakarta Fashion Show tanggal 24 Oktober 2019 mendatang yang direncanakan akan diadakan di Mall Atrium Senayan City pada tanggal 24 Oktober 2019.


Adapun tujuh seniman juga turut meramaikan melalui interpretasi mereka akan sayap Maleficent sudah dapat dilihat di North Space, Ground Floor, Senayan City mulai 5 Oktober 2019 hingga 3 November 2019.



Picture
Picture
Picture
Picture
Picture
​Salah satu bentuk kostum visual yang menarik adalah kostum Maleficent yang dikenakan oleh Angelina Jolie. Aktris peraih penghargaan Oscar Ini berhasil menampilkan sosok Maleficent yang anggun dan lembut di balik sosok “monster” yang di takuti. 
Para pemain lainnya juga bermain sesuai porsi . Ikut terlibat pula jajaran aktor dan aktris seperti Elle Fanning, Chiwetel Ejofor, Sam Riley, Harris Dickinson, Ed Skrein, Imelda Staunton, Juno Temple, Lesley Manville, Dan Michelle Pfeiffer.
Dengan banyaknya “twist” dan tampilan visual menarik yang diberikan , tak pelak lagi film Maleficent : Mistress of Evil mampu menjadi film yang dapat menjadi bahan perbincangan netizen dan diskusi keluarga selama beberapa waktu ke depan

Picture
0 Comments

Hustlers, lika liku persahabatan antara dua perempuan

10/17/2019

0 Comments

 
Picture

 Film Hustlers dengan pemain Jennifer Lopez dan Constance Wu memang menarik banyak perhatian. Film yang dibuat karena  terinspirasi oleh  artikel “The Hustlers at Scores” , karya Jessica Pressler , dan dipublikasikan pada  New York Magazine.
Artikel yang ditulis ini terinspirasi pada  kejadian nyata yang berpusat pada kru mantan karyawan klub striptease yang mengincar klien-klien dari Wall Street. 

Namun sebenarnya seperti apakah kisah mereka dan apakah  selubung dunia yang nampaknya manis namun ternyata penuh kepedihan bagi para perempuan ini?
​
Diceritakan dengan apik melalui gambar visual karya sutradara Lorene Scafaria , Hustlers memberikan sudut pandang yang berbeda akan persahabat perempuan dan alasan sebab akibat yang tragis di balik putusnya persahabatan tersebut.
​

Setiap perempuan tentunya mengharapkan kehidupan yang mapan, tenang dan bahagia bersama keluarga yang dikasihinya, namun pada kenyataannya banyak juga yang harus berjuang hari demi hari , hanya untuk dapat bertahan hidup.

Tolok ukur yang seolah baku, bagi para pelamar pekerjaan, mau tak mau langsung meminggirkan perempuan yang tidak sesuai dengan kriteria  tolok ukur baku tersebut.

​ Bagi yang ingin mengetahui lebih lanjut, dapat terlebih dahulu menyaksikan trailernya , agar mendapatkan bayangan film Hustlers ini menceritakan mengenai peristiwa jenis dan pengalaman dalam segi apa yang dialami oleh para perempuan ini.

Lokasi pengambilan film dilakukan di kota New York, pada masa sebelum jatuhnya bursa saham Amerika , sehingga penonton dapat menyaksikan masa kejayaan para pialang dan cara mereka menghibur diri mereka dari deraan stress.
Kemudian berlanjut pada masa jatuhnya bursa saham dan dampaknya setelah kejadian tersebut bagi semua orang yang terkait dengan pekerjaan pialang dan para perempuan penghibur.
Melalui alur cerita dengan dialog yang padat dan didukung oleh gambar visual yang vulgar. Penonton langsung dihadapkan pada dunia  Dorothy dengan nama panggungnya ​Destiny (diperankan oleh  Constance Wu ) , dunianya sangat keras namun ia mau belajar dan mencari mentor , agar dapat mencapai tujuan hidupnya.
​
​Dalam perjalanan hidupnya, Dorothy kemudian bertemu dengan Ramona Vega (diperankan oleh Jennifer Lopez) , dan kemudian Ramona Vega menjadi mentornya. 
Disinilah kemudian terjalin persahabatan yang erat dan menjelma menjadi sebuah keluarga.
​
Namun ibarat pepatah, tiada yang abadi dan tiada hasil yang dapat diperoleh dengan cara instant yang dapat bertahan lama, persahabatan di antara mereka berdua pun menjadi putus, dikarenakan faktor kecemburuan dan ingin menyelamatkan diri sendiri.
Penyesalan mungkin akan datang terlambat, namun dapatkah Dorothy dan Ramona kembali menjalin persahabatan mereka kembali?

Dapat segera disaksikan bersama di layar bioskop mulai tanggal 18 Oktober 2019.

Picture
0 Comments

Kisah Amazing Grace dari Aretha Franklin

10/8/2019

0 Comments

 
Picture
sinopsis:
Pada tahun 1972 Aretha Franklin melakukan rekaman untuk album gospel terbaiknya, Amazing Grace, secara langsung bertempat di New Temple Missionary Baptist Church di Los Angeles, Amerika Serikat.

Didampingi oleh Koor Southern California Community, Aretha Franklin merekam album tersebut selama 2 hari.

Sementara album Amazing Grace kemudian menjadi album gospel terlaris sepanjang masa, film ini terkena hambatan teknis.

Sutradara Sydney Pollack tidak bisa melakukan sinkronisasi antara porsi video dan audio dari film tersebut. Dengan berkembangnya teknologi dan kerja keras, co-director Alan Elliot, dengan restu dari Sydney Pollack sebelum wafat-nya, berhasil memecahkan masalah dan menyelesaikan film Amazing Grace.

0 Comments

Film Gemini Man , memberikan sensasi baru saat menonton

10/7/2019

0 Comments

 
Picture
Ada yang menarik bagi penonton film di Indonesia, dan kali ini digawangi dengan pemutaran "midnight show" , di beberapa bioskop tertentu hari Sabtu 5 Oktober 2019 kemarin, sudah dapat disaksikan secara terbatas .

Kali ini pemutaran sebuah film yang menggunakan teknologi yang menantang indera visual manusia, kali ini menggunakan teknologi terbaru sinema 3D+ 
Picture
Penonton diwajibkan untuk menggunakan kaca mata khusus, agar dapat menyaksikan sinematografi yang bagus dan menarik. Film ini memang menggunakan format 3D dengan 120 frame-per-detik.

Namun bukan cuma itu saja keistimewaannya. Kali ini aktor Will Smith bertarung melawan versi CG dirinya yang lebih muda yaitu berkisar sekitar usia 20 tahun an , dan ini murni adalah CG.


Picture

​Bagi yang ingin menyaksikan filmnya, jangan lupa untuk melihat dahulu trailernya
Alur ceritanya sediri tidaklah istimewa, cenderung klise. Namun dengan banyaknya adegan aksi dengan format 3D dengan 120 frame-per-detik, ini membuat para penonton yang menginginkan jenis tontonan terbaru , dapat terhibur secara maksimal.

​Adegan perkelahiannya juga dikemas menarik, dibawah arahan sutradara Ang Lee . Film-film Ang Lee sendiri termasuk 
banyak mendapat sorotan seperti Crouching Tiger Hidden Dragon, Life of Pi dan Brokeback Mountain.

Adapun aktor Will Smith, aktingnya sudah tak diragukan lagi, mampu memerankan pembunuh bayaran Henry Brogan , yang sudah ingin pensiun, karena merasa dibayang-bayangi oleh hata nuraninya. Namun kepiawaiannya yang sulit ditandingi oleh pembunuh bayaran lainnya, malah membuatnya menjadi target untuk menyembunyikan rahasia yang jauh lebih besar dan mampu merombak seluruh sistem pertahanan sebuah negara.

Adapun ide cerita kloning sendiri, sudah banyak dibuat film dengan tema kloning sebagai senjata rahasia sistem pertahanan, sehingga membuat bagi beberapa penonton kurang menarik untuk ditonton. 
Namun akting Will Smith tetap mampu menjembatani dan memberikan tampilan akting yang menarik.

Dalam beberapa adegan aksi, penonton juga seolah dibawa ke dalam permainan video game dengan resolusi tinggi. Membuat bagi beberapa penonton yang biasa memainkan game , seolah ikut serta bertarung di dalamnya.

Film ini memang memberikan alur cerita  aksi thriller yang biasa, namun menarik dari segi teknologinya. Seolah menyapa para penonton, agar bersiap-siap memasuki era baru dalam industri perfilman yang akan memanjakan indera penglihatan dengan maksimal
0 Comments

Serunya acara Korea Indonesia Film Festival 2019 dengan kehadiran Kang So Ra (Sunny)

10/6/2019

0 Comments

 
Click here to Setelah kesuksesan Korea Indonesia Film Festival (KIFF) 2018, tahun ini KIFF akan kembali digelar. Acara tahunan yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia dan dilaksanakan oleh Korean Cultural Center (KCC) Indonesia dan CGV Cinemas ini bertujuan untuk memperkuat kegiatan pertukaran budaya Indonesia dan Korea di Indonesia melalui film. KIFF diadakan pertama kali pada tahun 2013 dan kemudian menjadi acara tahunan dengan okupansi kursi rata-rata mencapai 70%, mengambil peran dalam ‘Korean Wave’,  istilah untuk semakin berkembang dan populernya sisi hiburan dan budaya asal Korea, termasuk musik dan drama Korea di Indonesia.
KIFF tahun ini berlangsung pada tanggal 10 Oktober hingga 13 Oktober 2019. Digelar di lima kota, yaitu Jakarta (CGV Grand Indonesia), Bandung (CGV Paris van Java), Yogyakarta (CGV Jwalk), Surabaya (CGV Marvell City) dan Medan (CGV Focal Point). Rangkaian acara dimulai dengan penayangan khusus atau pre event show yang akan menayangkan film Sunny dan Bebas pada Rabu, 9 Oktober di CGV Grand Indonesia untuk umum dan media. 
Sebanyak 15 film Korea akan tayang selama KIFF 2019, sekaligus mengedukasi penonton tentang sejarah, budaya dan kehidupan sosial masyarakat Korea. Penayangan film-film Korea ini juga menjadi ajang pertukaran budaya dan diharapkan bisa memberikan manfaat positif untuk pelaku perfilman kedua negara dan juga memperkuat hubungan antara Korea dan Indonesia.  
Film ‘The Bad Guys: Reign of Chaos’ yang disutradarai oleh Son Yong-ho dan dibintangi oleh Kim Sang-joong, Ma Dong-seok dan Kim A-joong akan menjadi pembuka KIFF 2019 pada 10 Oktober. Sementara itu, film Korea unggulan lainnya yang akan diputar selama festival di antaranya ‘Tazza: One Eyed Jack’, ‘The Gangster, The Cop the Devil’, ‘Parasite’. Sedangkan film Indonesia akan menampilkan antara lain, ‘Bebas’, dan ‘Dua Garis Biru’. Pada pemutaran kedua film tersebut, para pemainnya akan hadir untuk menyapa, ataupun berdiskusi dengan penonton.
Duta Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia, pejabat pemerintah Indonesia, pekerja film Indonesia dan tamu penting lainnya termasuk aktris utama film ‘Sunny’, Kang Sora diagendakan menghadiri  pembukaan KIFF 2019 pada  10 Oktober. Film Sunny yang dirilis pada tahun 2011 ini diproduksi ulang oleh Miles Films dengan judul ‘Bebas’ yang rilis nasional di bioskop mulai tanggal 3 Oktober 2019. 
Perkembangan perfilman Korea dan juga Indonesia makin menunjukkan kualitasnya sehingga semakin mendapat tempat di hati penonton film. Banyak film Korea dan Indonesia, termasuk para pemain filmnya yang tidak kalah saing dibanding negara lainnya, terbukti dengan berbagai film yang mendapatkan penghargaan di festival film internasional besar. Industri film juga menjadi bagian penting untuk mempromosikan indusri kreatif dan seni budaya kedua negara tersebut ke suluruh dunia, terutama negara-negara tetangga kedua negara tersebut di benua Asia. Industri film juga bisa diukur dari semakin berkembang dan banyaknya penonton film-film Korea dan Indonesia.
Pada KIFF 2019, penonton bisa menikmati film-film yang diputar cukup dengan harga tiket Rp. 15.000,- (lima belas ribu rupiah) saja. Penonton bisa langsung hadir pada hari-H dan langsung membeli tiket-tiket film yang akan ditontonnya hari itu di ticket box. Ticket box KIFF 2019 dibuka mulai jam 10.00 WIB di hari-hari festival.
Ke depannya, Kedutaan Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia, KCC Indonesia dan CGV Cinemas akan terus berkomitmen mengadakan kegiatan seni dan budaya seperti ini guna terus menjalin komunikasi dan menjaga hubungan diplomatik kedua negara yang telah berlangsung hampir 50 tahunedit.
0 Comments

Zak sang Peanut Butter Falcon

10/3/2019

0 Comments

 
Picture

​Tidak perlu cerita yang berbelit-berlit, mega konflik, maupun cerita super dramatis untuk membuat kita
ngeh tentang orang dengan down syndrome.
​Ya, The Peanut Butter Falcon merupakan sebuah film yang membuat kita mengerti bahwa orang dengan down syndrome pun mempunyai impian dan ingin hidup
bebas selayaknya orang normal dengan cara yang sangat sederhana namun menyentuh.

Sejak scene pembuka, film sudah menjelaskan bagaimana karakter Zak (Zack Gottsagen), pemuda
dengan down syndrome yang berusaha kabur dari rumah panti jompo tempat dia tinggal.

​Zak merasa 
bosan, tidak seharusnya dia berada disana dengan kumpulan orang tua dengan kegiatan monoton.

Zak 
mempunyai mimpi menjadi pegulat, seperti pegulat idolanya The Salt Water Redneck (Thomas Haden
Church) yang selalu ia tonton melalui video tape berulang kali.

Suatu hari, 
Zak berhasil kabur dari panti jompo dan juga relawan pengasuh cantik bernama Eleanor (Dakota Johnson) yang mengawasinya.

Didalam perjalanan Zak bertemu Tyler (Shia LaBeouf) seorang pemuda 
lusuh yang nampak kacau hidupnya setelah ditinggal mati oleh saudara laki-laki kesayangannya, satu- satunya keluarga yang ia miliki. Di kota, Tyler memiliki masalah dengan para nelayan yang mengakibatkan dia harus kabur meninggalkan kota.

Pertemuan tak sengaja kemudian mengantarkan 
Zak dan Tyler pada perjalanan panjang bersama karena tujuan mereka yang searah. Zak ingin pergi ke sekolah gulat milik The Salt Water Redneck dan Tyler ingin pergi menuju Florida tempat dia akan memulai hidup yang baru.

Dalam perjalanan panjang mereka bertemu banyak orang, dikejar nelayan-nelayan yang marah 
dan bahkan berhasil mengajak Eleanor ikut bersama dalam petualangan mereka menuju tempat tujuan akhir.

Tyler yang awal mulanya kesal dengan Zak perlahan menjadi sahabat dan malah mengajarkan Zak banyak hal tentang kehidupan maupun cara-cara bertahan hidup. Zak yang semula tidak bisa berenang bahkan menjadi bisa berenang, menangkap ikan dengan tangan kosong, dan memiliki semangat serta kepercayaan diri kembali setelah kerap kali dipanggil idiot oleh orang-orang sekitarnya. Sementara itu di sisi lain Tyler yang selalu muram dan pemarah karena kematian saudaranya perlahan mulai membuka diri kepada Zak, Tyler seperti menemukan keluarga dan saudara baru dan mulai mengikhlaskan kepergian saudaranya.


Cerita kemudian bergulir dengan sederhana, konflik yang sederhana, tetapi dikemas dengan cara bercerita yang baik. Setiap scene memiliki arti, tidak ada yang mubazir, semuanya menggambarkan emosi sederhana dari pemain-pemainnya yang berakting sangat natural.

​Shia LaBeouf disini terlihat 
sangat effortless dalam memerankan karakter Tyler, begitu pula dengan Zack. Chemistry keduanya sangat baik, seperti persahabatan yang sangat nyata.

Hal yang sedikit disayangkan pada film ini adalah tidak adanya kesempatan yang diberikan untuk

mengembangkan karakter Eleanor, atau setidaknya menjelaskan bagaimana sosok Eleanor yang semula
 percaya Zak tidak bisa melakukan apa-apa sendiri dan harus pulang ke panti jompo hingga akhirnya
memutuskan untuk ‘ikut pindah’ ke sisi Tyler dan Zak. Akan tetapi secara keseluruhan, film
ini tetap memberikan rasa kenyamanan dan ‘adem’ selepas menontonnya. So heart warming and worth
to watch!


Catatan:
 judul Peanut Butter Falcon ini ceritanya diambil dari nama panggung Zak. Seperti The Salt Water
Redneck yang ternyata adalah nama panggung dari pegulat yang bernama Clint. Awalnya Zak
hanya ingin nama panggung Falcon, kemudian Tyler membuatkan kostum Falcon (ranting pohon
dan dedaunan yang dilakban kemudian dipasangkan kepada Zak sehingga seperti mempunyai
sayap) kemudian mengoleskan arang ke wajah Zak seperti ingin berangkat ke medan perang.
Waktu itu Zak sedang makan selai kacang dan mengoleskan selai tersebut ke wajahnya,
sehingga jadilah nama panggungnya “Peanut Butter Falcon”.
 Pada perjalanannya, Tyler-Zak-Eleanor berhasil bertemu dengan the Salt Water Redneck tetapi
sekolah gulatnya sudah lama tutup. Namun akhirnya Salt Water Redneck mau mengajari Zak
gulat dan kemudian Zak mengikuti pertandingan gulat di kampung itu dan melawan musuh yang
cukup kuat. Akhirnya Zak bisa mengalahkan musuh yang kuat itu dengan cara melemparnya
keluar dari ring. Pada saat yang bersamaan kelompok nelayan yang marah kepada Tyler berhasil
menemukan mereka dan memukuli Tyler hingga masuk rumah sakit. Awalnya mengira Tyler
akan mati, tetapi ternyata tidak. Endingnya mereka bertiga pergi ke Florida
(Digitalmarketingproject/Nadia ​Farahnaz )
0 Comments

Remake film “Ratu Ilmu Hitam” akan memberikan teror yang berbeda dari film horor lainnya

10/1/2019

0 Comments

 
Artikel : ​https://cinemags.co.id/remake-film-ratu-ilmu-hitam-akan-memberikan-teror-yang-berbeda-dari-film-horor-lainnya/
Picture
Picture
Picture
Picture
0 Comments

    Author

    Web yang dibuat untuk latihan anak-anak UKM .
    ​Penulis beragam, utama/mentor : Nuty Laraswaty 
    IG: NutyLaraswaty

    Archives

    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018

    Categories

    All

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.