Namun kali ini oleh Monty Tiwa, pemahaman ini dibalik menjadi sesuatu yang menarik untuk dilihat.
Ini disebabkan karena mahasiswi baru kali ini, penokohannya bukan pada yang masih imut-imut memasuki dunia pendidikan, namun orang dewasa , cenderung masuk kategori lansia, menjadi mahasiswi baru.
Ide cerita ini menarik dan saat diterapkan penjabarannya dalam film, dengan kekompakan akting dan kerjasama paraaktor dan aktrisnya, film ini menjadi salah satu film yang diperhitungkan dan menjadi bahasan para penonton.
Bagi yang ingin menonton, dapat melihat dahulu trailer berikut ini:
Kemudian ada pula Morgan Oey, Slamet Rahardjo, Iszur Muchtar , Karina Suwandi. Beradu akting dengan Umay Shahab, Mikha Tambayong dan Sonia Alyssa.

Bagi penggemar Widyawati dan Slamet Rahardjo, dapat datang ke bioskop dengan mengajak keluarga mereka yang usianya terpaut jauh, karena tentunya usia milenial ingin menonton Morgan Oey hingga Umay Shahab, sehingga film ini memang cocok ditetapkan sebagai film untuk segala usia.
Dari segi akting, penampilan Morgan Oey kali ini sangat mumpuni dan membuat tawa terdengar , dengan sangat handalnya memerankan peran sebagai seorang anak muda yang begitu terbawa arus candu gadget HP dan reportase masa kini ala milenial dengan vlognya, untuk dimuat di media sosial.
Gaya dan dialognya sesuai dengan penampilan serta raut muka anak vlogger masa kini, yang membuat para penonton lanjut usia tertawa hingga menyamakan tingkah lakunya pada cucu mereka.
Penampilan Karina Suwandi dan Iszur Muchtar sebagai orang tua yang terjepit diantara kemajuan teknologi, gaya pergaulan anak muda masa kini hingga tata krama yang membaur menjadi lingkaran yang membingungkan, karena seorang Oma yang hanya mau dipanggil namanya saja, tanpa embel-embel Bu atau Oma, membuat penonton mau tak mau tertawa hingga menyamakan akan kondisinya pribadi yang saat ini serba gamang antara mempertahankan tradisi atau mengikuti arus masa kini.
Tipikal kebimbangan masyarakat sosial terlihat dan berhasil ditangkap dan dimasukan dalam film menjadi suatu unsur komedi budaya tersendiri. Menggigit, lucu namun pahit.
Dialog demi dialog, mengambil istilah yang sedang trend, saat ini seperti "Coy", "GenPI" , "Guys" dan lain-lain, segera masuk ke dalam alam pemikiran penonton, dan bagi yang mengenali seolah perasaannya terpanggil dan penasaran mengikuti hingga akhir cerita ini.
Secara keseluruhan film Mahasiswi Baru ini menarik dan dapat menjadi tontonan bagi seleuruh anggota keluarga..
Jujur Prananto sendiri tercatat pernah mendapat Anugerah Trofi Skenario Terpuji dari Festival Film Bandung pada tahun 2002, akan tulisannya pada film Ada Apa dengan Cinta.
Hal inilah yang membuat film mahasiswi baru ini seolah mendapatkan angin segar bagi sisi oldiest nya