No Title
  • Home
  • Movie
  • Tekno
  • Game
  • What to watch

Viu dan BEKRAF Kolaborasi dalam inisiatif Filmpreneur untuk Kembangkan Ekosistem Film Indonesia

2/25/2019

0 Comments

 
Picture
​Layanan video OTT terkemuka, Viu, dan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk mengeksplorasi kolaborasi yang berfokus pada upaya untuk mendukung dan mengembangkan ekosistem film Indonesia melalui inisiatif yang disebut Filmpreneur. Kolaborasi ini akan diwujudkan melalui sinergi di beberapa program Viu, yang meliputi: Viu Pitching Forum (VPF), acara Viu tahunan di Indonesia, yang sekarang memasuki tahun ke-3, yang didedikasikan untuk memfasilitasi ide cerita dari para profesional perfilman Indonesia untuk diproduksi sebagai Viu Originals, yang kemudian akan dipamerkan di panggung global; Viu Shorts!, festival film pendek tahunan Viu yang merayakan semangat keberagaman Indonesia, yang difokuskan untuk mengarahkan minat dan bakat anak muda Indonesia ke arah bisnis perfilman sejak usia dini; dan, BEKRAF Akatara, sebuah kegiatan forum pembiayaan dan investasi untuk perfilman Indonesia berskala nasional.

             

Nickhil Jakatdar, Founder and CEO of Vuclip, menyampaikan, "Viu memiliki visi untuk memberdayakan dan mengembangkan ekosistem dan industri film Indonesia, yang dalam jangka panjang akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. BEKRAF, dalam nada yang sama, memiliki visi untuk membangun ekosistem kreatif yang kuat. Berdasarkan visi bersama ini, Viu dan BEKRAF telah mebangun mitra dalam inisiatif strategis Filmpreneur. "

 

Dengan VPF dan Viu Shorts!, Viu akan mendukung Akatara di Indonesia, dengan mensosialisasikan program Akatara dalam rangkaian kegiatan VPF, menghadirkan profesional perfilman internasional dari Viu ke Akatara untuk memberikan masterclasses  dengan topik "Memproduksi Konten Lokal dengan Daya Tarik Internasional", menyelenggarakan VPF di Akatara, serta penayangan dan forum dialog profesional Viu Originals di Akatara.

 

BEKRAF, melalui Akatara, akan mendukung VPF dan Viu Shorts! dengan memberikan sosialisasi VPF dalam kegiatan Akatara, membawa mentor dari BEKRAF ke VPF dan Viu Shorts! untuk memberikan workshop dengan topik "Membuat Film dengan Nilai-Nilai Komersial," serta menyediakan pemutaran dan dialog film hasil dari Akatara di VPF dan Viu Shorts!.

 

"Dalam upaya mendorong pembentukan ekosistem film Indonesia, BEKRAF percaya bahwa kolaborasi dengan para pemimpin industri, seperti Viu, sangat penting. Program Viu sejalan dengan Akatara Bekraf. Melalui Viu Pitching Forum dan Viu Shorts, Viu telah menunjukkan komitmen yang sangat kuat untuk mengembangkan ekosistem kreatif Indonesia dan memungkinkan anak-anak bangsa siap tampil dan bersaing di panggung internasional melalui platform dan jangkauan global mereka. Dengan Visi sinergis untuk mengembangkan ekosistem film Indonesia, kami sangat senang dapat bermitra dengan Viu," ucap Kepala BEKRAF, Triawan Munaf.

 

*****

 

Tentang Viu

Viu adalah layanan Video OTT terkemuka oleh PCCW dan Vuclip yang tersedia di Hong Kong, Singapura, Malaysia, India, Indonesia, Filipina, Thailand dan negara-negara Timur Tengah, UAE, Saudi Arabia, Mesir,  Bahrain, Irak, Yordania, Kuwait, Oman, Qatar. Proposisi nilai unik Viu tentang acara TV premium lokal, film, dan serial original yang segar serta berciri khas regional telah menghibur jutaan pemirsa setiap hari. Viu Originals menghadirkan kisah menarik dengan kualitas produksi berkelas dunia, sekaligus memberikan kesempatan bagi sineas berbakat Indonesia untuk memamerkan keahlian mereka di panggung dunia. Layanan ini dapat diakses melalui aplikasi Viu yang tersedia secara gratis di App Store dan Google Play, pada perangkat yang terhubung seperti smartphone dan tablet, serta di web di www.viu.com.

 

Tentang Vuclip

Vuclip adalah perusahaan media terdepan dan teknologi global terkemuka yang menyajikan tayangan hiburan berdasarkan permintaan di pasar negara berkembang termasuk India, Asia Tenggara, Afrika, dan Timur Tengah. Sebagai Perusahaan Media PCCW, properti Vuclip termasuk Viu, Vuclip Videos, Viu Life, dan Vuclip Games. Keberhasilan pasar Vuclip dalam tayangan hiburan berdasarkan permintaan, dibangun di atas kepemimpinannya di industri teknologi, wawasan konsumen, dan media. Dikelola oleh tim berkelas dunia, Vuclip, Inc. dan perusahaan afiliasi bermarkas di Milpitas, California dan memiliki cabang di Singapura, Kuala Lumpur, Mumbai, Delhi, Pune, Dubai, dan Jakarta.

 

Tentang Bekraf

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) adalah lembaga pemerintah non kementerian yang bertanggung jawab di bidang ekonomi kreatif. Saat ini, Kepala Bekraf dijabat oleh Triawan Munaf. Bekraf mempunyai tugas membantu Presiden RI dalam merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan ekonomi kreatif di bidang aplikasi dan game developer, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film animasi dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, dan televisi dan radio.
0 Comments

Kembali hadir di Serawak, Asean International Film Festival & Awards  25 - 27 April 2019

2/24/2019

0 Comments

 
​AIFFA setiap dua tahun sekali akan mengadakan acaranya di Serawak. Hal ini diutamakan lebih pada komitmen dari pemerintah Malaysia, yang terus mempromosikan festival ini dan diharapkan dapat terus membantu industri perfilman di antara negara-negara Asean.

AIFFA adalah sebuah festival film yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali di Kuching, Sarawak. Mendapat dukungan penuh dari pemerintah Malaysia dan ASEAN, AIFFA menjadi wadah di mana sepuluh negara di regional Asia Tenggara bisa berkompetisi, saling bertukar pikiran, menjalin kerjasama perfilman dan juga tentunya merayakan keragaman budaya yang sesungguhnya tidak jauh berbeda. Pada tahun ini AIFFA memasuki edisi keempat, di mana acaranya sendiri akan berlangsung pada tanggal 25-27 April 2019.


13 film dari Indonesia telah dikirim untuk berkompetisi pada ajang bergengsi perfilman Asia Tenggara, yaitu AIFFA – ASEAN International Film Festival and Awards. Ketiga belas film ini akan bersaing dengan lebih dari 100 feature film yang berasal dari sembilan negara kompetitor. Film-film Indonesia yang akan bersaing diantaranya adalah “Pengabdi Setan” (2017), “Love for Sale” (2018) dan “Keluarga Cemara” (2019).


AIFFA telah memasuki tahun penyelenggaraan keempat, dan semakin dikenal. ini terbukti dengan semakin banyak filmmaker yang datang untuk menyaksikan festival, mempromosikan film mereka, membangun jaringan, dan juga menghadiri workshop-workshop yang diadakan, hal in penting karena AIFFA selalu mengundang pelaku industri perfilman dari dunia internasional.

Dalam press conference yang berlangsung di CGV Grand Indonesia (23/2), Livan Tajang, selaku festival director AIFFA mengatakan bahwa tahun ini AIFFA akan mendatangkan investor dari Cina dan juga menyertakan juri internasional yaitu Alain Jalladeau, festival director dari Nantes – Prancis.

Pada 25 April nanti AIFFA akan menyambut 400 delegasi dan media internasional di Kuching. Acara penyambutan bertajuk “Movies Under the Stars” ini dilaksanakan di venue yang luar biasa, yaitu Kuching Waterfront Extension. Di samping pengumuman film-film apa saja yang menjadi nominee, nantinya acara tersebut juga menyertakan beberapa penampilan seru khas Borneo dan pemutaran film pembuka yang masih dirahasiakan.

Film screening juga mulai diselenggarakan pada tanggal tersebut, tepatnya di Old Courthouse, bersamaan dengan mata acara lainnya seperti sales gallery, exhibition, film talk. Semuanya diintegrasi ke dalam “AIFFA Biz World”.

Seperti biasa, acara-acara ini terbuka untuk umum, di mana mereka tidak hanya bisa menonton namun juga bertemu para pemeran dan kru dari film-film yang menjadi nominee.

Acara malam penganugerahan, atau “Gala Night” akan diselenggarakan pada tanggal 27 April 2019 di Pullman Hotel.
Seperti biasanya  AIFFA  akan memberikan penghargaan kepada film-film terbaik Asia Tenggara.

​Tercatat list kategori yang ada di AIFFA 2019:

– Best Director of Photography

– Best Film Editing

– Best Screenplay

– Special Jury Award

– Special Honour

– Best Supporting Actress

– Best Supporting Actor

– Best Actress

– Best Actor

– Best Director

– ASEAN Inspiration Award

– Lifetime Achievement Award

– Best Picture – Comedy

– Best Picture – Drama

– Best Picture – Action

– ASEAN Spirit Award

AIFFA  di tahun 2019 ini memberikan kemudahan bagi film-buffs yang ingin mengetahui update terbaru mengenai AIFFA dan juga yang datang langsung ke Kuching.
Lebih lanjut disampaikan oleh Livan untuk penyelenggaraan tahun ini AIFFA akan semakin lengkap oleh aplikasi AIFFA (AIFFA Apps).

Di aplikasi tersebut, kita dapat mengikuti event AIFFA seperti update mengenai film-film yang di-submit dan juga jadwal film screening. AIFFA Apps sendiri merupakan kontribusi nyata panitia terhadap kebijakan “digital convergence” dari pemerintah Sarawak. Tema dari AIFFA tahun ini pun mengambil inspirasi dari sana, yaitu “Convergence at Digital Sarawak”.

Lebih jauh, Livan menyampaikan bahwa AIFFA tidak menutup mata terhadap perkembangan film yang sekarang juga menyangkut ke dunia streaming. Kalau nanti Asia Tenggara punya digital platform sendiri untuk film-filmnya agar bisa di-streaming oleh masyarakat itu akan sangat bagus, mengingat ini merupakan pasar yang sangat menjanjikan bagi industri perfilman.

Dalam salah satu artikelnya yaitu “Southeast Asia, The Next Global Growth Story”, The Hollywood Reporter menulis bahwa kawasan ini memiliki populasi hampir dua kali lipatnya Amerika Serikat (620 juta jiwa pada 2016). Belum selesai, jumlah populasi ini juga memiliki demografi yang sangat menarik. Banyak diantara mereka adalah kaum muda yang memiliki kemampuan ekonomi kelas menengah.
0 Comments

Satria Dewa GatotKaca

2/21/2019

0 Comments

 

SATRIA DEWA STUDIO BERSAMA CARAVAN STUDIO DAN MAGMA ENTERTAINMENT

MELUNCURKAN SATRIA DEWA: GATOTKACA, SIAP DENGAN JAGADNYA (UNIVERSE-NYA)

 

SATRIA DEWA STUDIO yang digawangi oleh Rene Ishak telah menyiapkan sebuah kreasi IP (Intellectual Property) yaitu JAGAD SATRIA DEWA (SATRIA DEWA UNIVERSE) yang mencakup movie universe, merchandise, mobile game, komik, website, on-ground activation, serial (TV/OTT) dan bahkan ke depannya theme park. Kreasi pertama yang diluncurkan adalah SATRIA DEWA: GATOTKACA. Ini merupakan film pertama dari keseluruhan JAGAD SATRIA DEWA yang terdiri dari 8 (delapan) film yaitu: Gatotkaca, Arjuna, Yudhistira, Bharatayuda, Bima, Nakula Sadewa, Srikandi, dan Kurukshetra. Dalam peluncuran SATRIA DEWA: GATOTKACA yang diselenggarakan di Ballroom XXI Djakarta Theater, para undangan dibuat takjub dengan berbagai display dari mulai potongan mobil hancur dari teaser filmnya, bermacam-macam merchandise film mulai dari notebook sampai helm yang memenuhi ruang lobby Ballroom XXI, hingga berbagai property dari pembuatan teaser filmnya. Gatotkaca menjadi tokoh pertama yang difilmkan karena dari hasil survey yang telah dilaksanakan, tokoh Gatotkaca paling banyak diketahui oleh responden. Selain itu, di dunia game online, tokoh Gatotkaca bukan hanya populer tetapi juga paling banyak diunduh. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tokoh Gatotkaca sudah memiliki fansnya tersendiri. Bagi SATRIA DEWA STUDIO, fans penting. Oleh karenanya film ini dibuat, juga untuk menjawab kerinduan para fans terhadap jagoan adidaya Indonesia.

 

“Kami melihat bahwa sebagai bangsa Indonesia, kita memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Kami justru ingin menggali lagi potensi budaya kita yang adiluhung ini sebagai inspirasi untuk dibangkitkan kembali dan disebarluaskan nilai-nilainya kepada generasi millennial Indonesia yang sudah memudar pengetahuannya terhadap khasanah budaya kita. SATRIA DEWA: GATOTKACA menjadi film yang pertama kami luncurkan dari rangkaian 8 film karena tokoh ini sangat populer dan relevan dengan kondisi sekarang. Tokoh yang kami buat adalah tokoh masa kini yang hadir di masa sekarang ini (bukan film periodik), yang merupakan titisan sehingga anak muda akan mudah untuk relate dengannya,” jelas Rene. “Sasaran kami memang millennial dan keluarga, bagaimana agar inspirasi budaya adiluhung ini kemudian bisa diterima secara luas dan lebih mudah oleh generasi muda sekarang ini, sehingga kami memang memberikan pendekatan dan sentuhan sangat modern dalam kreasi IP ini. Kita mesti sadar bahwa kita bersaing secara global, jadi memang perlu racikan yang berbeda untuk generasi sekarang. Hal ini bisa dilihat sendiri oleh para undangan yang hadir, bagaimana kami sudah menyiapkan universe atau jagad Satria Dewa, juga merchandise yang itupun baru sebagain kecil ya,” imbuhnya lagi.

 

Di film pertamanya ini, SATRIA DEWA: GATOTKACA, SATRIA DEWA STUDIO menggandeng Caravan Studio dan MAGMA Entertainment. Chris Lie yang menggawangi Caravan Studio bertanggung jawab terhadap keseluruhan artwork dari film ini. Sementara itu, MAGMA Entertainment dengan sutradara Charles Gozali dan produser Linda Gozali bertanggung jawab untuk memproduksi film ini sehingga siap untuk tayang di Februari 2020.

 

“Saya sendiri memang suka wayang, makanya bikin komik-komik wayang juga. Ketika Rene menawarkan Caravan Studio untuk bergabung di project ini, bagi saya ini sangat menyenangkan sekaligus menantang. Hal pertama yang jelas adalah, ini bukan memfilmkan wayang atau memindahkan wayang ke film tetapi wayang dan tokoh-tokohnya sebagai inspirasi dimana mereka hadir di masa kini. Sangat menyenangkan dan menantang, kan untuk membuat tokoh Gatotkaca di masa sekarang ini? Berbekal juga dengan ide cerita dari Rene Ishak (SDS), jadilah sosok Gatotkaca seperti yang anda lihat di teaser filmnya dan tempat eksebisi di Balroom XXI Djakarta Theater,” jelas Chris Lie.

 

“Ketika saya ditawari untuk menyutradarai SATRIA DEWA: GATOTKACA sekaligus MAGMA Entertainment yang memproduksi, tentunya saya sangat senang. Kapan lagi ada kesempatan dimana kita bisa memproduksi sebuah film drama, fantasi, action dengan inspirasi latar budaya kita sendiri yang sangat luar biasa? Justru dengan kesadaran akan budaya adiluhung itulah kami memilih mas Asaf Antariksa dan Bagus Bramanti dari Pabrik Fiksi sebagai penulis skenario di film ini. Bagaimanapun, cerita menjadi titik awal yang penting apalagi dalam menghadirkan sebuah jagad atau universe. Sudah berjalan sampai di titik ini, kolaborasi SATRIA DEWA STUDIO, CARAVAN STUDIO, dan MAGMA ENTERTAINMENT yang pasti akan menghadirkan yang terbaik untuk para fans dan penonton,” tutur Charles Gozali.

 

Hari ini, 21 Februari 2019 dimulainya hitung mundur sampai film SATRIA DEWA: GATOTKACA tayang di bioskop-bioskop seluruh Indonesia pada FEBRUARI 2020. Dimulai dari hari ini hingga tahun depan, akan ada berbagai rangkaian kegiatan yang telah dirancang dalam rangka kehadiran kreasi IP baru yang akan berkontribusi dalam menetapkan sebuah standar baru mendukung industri perfilman Indonesia yang lebih baik lagi.

 

Informasi lebih lanjut:

Twitter             : @JagadSatriaDewa

Instagram        : @satriadewagatotkaca

Facebook         : Satria Dewa Gatotkaca

Website           : www.satriadewa.com
0 Comments

SATRIA DEWA: GATOTKACA, SIAP DENGAN JAGADNYA (UNIVERSE-NYA)

2/21/2019

0 Comments

 
SATRIA DEWA STUDIO yang digawangi oleh Rene Ishak telah menyiapkan sebuah kreasi IP (Intellectual Property) yaitu JAGAD SATRIA DEWA (SATRIA DEWA UNIVERSE) yang mencakup movie universe, merchandise, mobile game, komik, website, on-ground activation, serial (TV/OTT) dan bahkan ke depannya theme park. Kreasi pertama yang diluncurkan adalah SATRIA DEWA: GATOTKACA. Ini merupakan film pertama dari keseluruhan JAGAD SATRIA DEWA yang terdiri dari 8 (delapan) film yaitu: Gatotkaca, Arjuna, Yudhistira, Bharatayuda, Bima, Nakula Sadewa, Srikandi, dan Kurukshetra. Dalam peluncuran SATRIA DEWA: GATOTKACA yang diselenggarakan di Ballroom XXI Djakarta Theater, para undangan dibuat takjub dengan berbagai display dari mulai potongan mobil hancur dari teaser filmnya, bermacam-macam merchandise film mulai dari notebook sampai helm yang memenuhi ruang lobby Ballroom XXI, hingga berbagai property dari pembuatan teaser filmnya. Gatotkaca menjadi tokoh pertama yang difilmkan karena dari hasil survey yang telah dilaksanakan, tokoh Gatotkaca paling banyak diketahui oleh responden. Selain itu, di dunia game online, tokoh Gatotkaca bukan hanya populer tetapi juga paling banyak diunduh. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tokoh Gatotkaca sudah memiliki fansnya tersendiri. Bagi SATRIA DEWA STUDIO, fans penting. Oleh karenanya film ini dibuat, juga untuk menjawab kerinduan para fans terhadap jagoan adidaya Indonesia.

 

“Kami melihat bahwa sebagai bangsa Indonesia, kita memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Kami justru ingin menggali lagi potensi budaya kita yang adiluhung ini sebagai inspirasi untuk dibangkitkan kembali dan disebarluaskan nilai-nilainya kepada generasi millennial Indonesia yang sudah memudar pengetahuannya terhadap khasanah budaya kita. SATRIA DEWA: GATOTKACA menjadi film yang pertama kami luncurkan dari rangkaian 8 film karena tokoh ini sangat populer dan relevan dengan kondisi sekarang. Tokoh yang kami buat adalah tokoh masa kini yang hadir di masa sekarang ini (bukan film periodik), yang merupakan titisan sehingga anak muda akan mudah untuk relate dengannya,” jelas Rene. “Sasaran kami memang millennial dan keluarga, bagaimana agar inspirasi budaya adiluhung ini kemudian bisa diterima secara luas dan lebih mudah oleh generasi muda sekarang ini, sehingga kami memang memberikan pendekatan dan sentuhan sangat modern dalam kreasi IP ini. Kita mesti sadar bahwa kita bersaing secara global, jadi memang perlu racikan yang berbeda untuk generasi sekarang. Hal ini bisa dilihat sendiri oleh para undangan yang hadir, bagaimana kami sudah menyiapkan universe atau jagad Satria Dewa, juga merchandise yang itupun baru sebagain kecil ya,” imbuhnya lagi.

 

Di film pertamanya ini, SATRIA DEWA: GATOTKACA, SATRIA DEWA STUDIO menggandeng Caravan Studio dan MAGMA Entertainment. Chris Lie yang menggawangi Caravan Studio bertanggung jawab terhadap keseluruhan artwork dari film ini. Sementara itu, MAGMA Entertainment dengan sutradara Charles Gozali dan produser Linda Gozali bertanggung jawab untuk memproduksi film ini sehingga siap untuk tayang di Februari 2020.

 

“Saya sendiri memang suka wayang, makanya bikin komik-komik wayang juga. Ketika Rene menawarkan Caravan Studio untuk bergabung di project ini, bagi saya ini sangat menyenangkan sekaligus menantang. Hal pertama yang jelas adalah, ini bukan memfilmkan wayang atau memindahkan wayang ke film tetapi wayang dan tokoh-tokohnya sebagai inspirasi dimana mereka hadir di masa kini. Sangat menyenangkan dan menantang, kan untuk membuat tokoh Gatotkaca di masa sekarang ini? Berbekal juga dengan ide cerita dari Rene Ishak (SDS), jadilah sosok Gatotkaca seperti yang anda lihat di teaser filmnya dan tempat eksebisi di Balroom XXI Djakarta Theater,” jelas Chris Lie.

 

“Ketika saya ditawari untuk menyutradarai SATRIA DEWA: GATOTKACA sekaligus MAGMA Entertainment yang memproduksi, tentunya saya sangat senang. Kapan lagi ada kesempatan dimana kita bisa memproduksi sebuah film drama, fantasi, action dengan inspirasi latar budaya kita sendiri yang sangat luar biasa? Justru dengan kesadaran akan budaya adiluhung itulah kami memilih mas Asaf Antariksa dan Bagus Bramanti dari Pabrik Fiksi sebagai penulis skenario di film ini. Bagaimanapun, cerita menjadi titik awal yang penting apalagi dalam menghadirkan sebuah jagad atau universe. Sudah berjalan sampai di titik ini, kolaborasi SATRIA DEWA STUDIO, CARAVAN STUDIO, dan MAGMA ENTERTAINMENT yang pasti akan menghadirkan yang terbaik untuk para fans dan penonton,” tutur Charles Gozali.

 

Hari ini, 21 Februari 2019 dimulainya hitung mundur sampai film SATRIA DEWA: GATOTKACA tayang di bioskop-bioskop seluruh Indonesia pada FEBRUARI 2020. Dimulai dari hari ini hingga tahun depan, akan ada berbagai rangkaian kegiatan yang telah dirancang dalam rangka kehadiran kreasi IP baru yang akan berkontribusi dalam menetapkan sebuah standar baru mendukung industri perfilman Indonesia yang lebih baik lagi.
0 Comments

Hasmi, Sang Kreator Gundala yang Mendedikasikan Hidup Untuk Komik

2/20/2019

0 Comments

 
Picture
Menjelang peluncuran film Gundala yang rencananya akan dirilis tahun ini, penting untuk mengingat kreator yang telah membawa Gundala lahir ke dunia. Dia adalah Harya Suraminata atau dikenal sebagai Hasmi. Di tahun 1969, ia menciptakan karakter Gundala dan memperkenalkannya dalam komik edisi pertama “Gundala Putera Petir”.
 
Hasmi mulai menggeluti komik sejak berkuliah di Fakultas Desain Grafis di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) pada tahun 1967. Kuliahnya ini tak bertahan lama karena dia kemudian memutuskan untuk fokus menulis Gundala. Sejak diperkenalkan, ketenaran Gundala tak terbendung. Anak muda menyukai konsep jagoan yang dibuat olehnya. Sejak 1969 hingga 1982, ia menerbitkan 23 judul komik Gundala.
 
Perjalanan hidup Hasmi penuh lika liku, selain membuat komik Gundala. Ia juga menciptakan banyak tokoh seperti Maza, Pangeran Mlaar, Sembrani, Merpati, Jin Kartubi, Kalong, Pengkor, Ghazul dan Ki Wilawuk. Sampai akhir hayatnya, Hasmi sudah menerbitkan 50 judul dan dua ratus episode komik dalam hidupnya, paling banyak dari artis komik jagoan lainnya di Indonesia.
 
Pada tahun 2003, Hasmi menjadi salah satu pendiri PT. Bumilangit dengan bercita-cita untuk membangkitkan kembali industry kreatif komik Indonesia. Sebagai Creative Director, Hasmi meletakkan dasar-dasar pengembangan dan pembaharuan karakter-karakter yang dikelola oleh Bumilangit, termasuk Gundala.
 
Selain berkarier sebagai komikus, Hasmi sempat berkecimpung sebagai penulis skenario film juga teater dan tampil dalam beberapa judul sinetron maupun film. Gundala pun sebelumnya sudah muncul dalam film “Gundala” yang dirilis tahun 1981 dan di teater dalam judul “Gundala Gawat” pada tahun 2013.
 
Di tahun 2016, Hasmi berpulang dalam usia 69 tahun. Hidupnya telah menjadi inspirasi bagi dunia komik dan berkesenian Indonesia. Semangatnya terpatri jelas dalam karya-karyanya. Kini hak terbit Gundala dipegang oleh Bumilangit. Di tahun 2019, Screenplay Pictures dan Bumilangit Studios bersama Legacy Pictures akan menghidupkan kembali Gundala dengan aktor Abimana Aryasatya dan disutradarai juga ditulis naskahnya oleh Joko Anwar.
 ​
0 Comments

Antologi Rasa, saat rasa romantispun menanggung di akhir cerita

2/16/2019

0 Comments

 
Picture
Gambar hak cipta Soraya Intercine Film
Sebuah film untuk merayakan lambang kasih sayang yang didapuk jatuh pada tanggal 14 Februari 2019 pun hadir untuk membuat baper para penontonnya.
Sayapun berkesempatan untuk menonton film ini , dan mengingat film ini kabarnya bebrbeda dengan novelnya. sayapun tertarik untuk menonton dan mengikuti perbedaannya, yang kabarnya telah mendapat restu dari penulis novelnya dengan judul yang sama yaitu Ika Natassa.

​Namun sebelumnya ,kita tonton dahulu trailernya
Ya, cerita ini memang intinya pada kerumitan perasaan cinta segitiga, atau segi emapat antara 4 karyawan sebuah bank.
Dalam film ini, saya dibuat terkagum-kagum dengan pengambilan sudut kamera dan pemandangan indah yang ditampilkan.
Namun dari segi pengembangan karakter pemain, saya tidak dapat merasakan sekali adanya perubahan dari sebuah tragedi hingga romansa yang timbul.
​
Sungguh sangat disayangkan, karena banyak sekali adegan-adegan yang sesungguhnya bisa lebih memperdalam perubahan karakter dan emosi dari para pemainnya. Jikapun ada, hanya Herjunot Ali saja yang mampu menampilkan melalui sorot matanya, dan sayangnya hanya dapat terjadi di awal pemutaran film saja. Saat mendekati akhir film, saya gagal menangkap sorot mata hampa penuh harapan dan kecewa dari Herjunot Ali.

Akhir cerita film untunglah dapat dimaafkan, karena masuk dalam logika akal sehat. Jika Herjunot Ali kemudian diceritakan tetap menetap di Indonesia, maka sayapun bisa didaulat menjadi salah satu orang yang sangat kecewa akan penyelesaian akhir film.

Namun bagi moment kasih sayang, dapatlah film ini, menjadi salah satu tontonan bagi pasangan yang munglin sedang terlibat dalam kisah cinta segitiga, ataupun segi empat.
 Pemain film : Herjunot Ali, Carissa Perusset, Refal Hady, Atikah Suhaime, dan Angel Pieters.
 Sutradara : Rizal Mantovani 
  Produksi : ​Soraya Intercine Film
 Diadaptasi dari sebuah novel berjudul sama karya Ika Natassa. ​
0 Comments

LA Indie Movie 2019 Ajak Generasi Muda Goes Digital

2/13/2019

0 Comments

 
Picture

Sejak kemunculannya pada 2007, Lingkar Alumni Indie Movie atau LA Indie Movie (LAIM) telah mewadahi para generasi muda dalam menuangkan ide dan ekspresi dirinya melalui medium film, khususnya film pendek. Serta mengajak generasi muda mengapresiasi dan menyelami proses produksi film dari hulu sampai ke hilirnya, mulai tahap penulisan naskah cerita, penyutradaraan, pengambilan gambar, penyuntingan, hingga eksibisi dan distribusi. Semua ini akan dimentori oleh mereka yang sudah ahli dan berpengalaman di bidangnya.
Selepas vakum selama dua tahun, LAIM kini hadir kembali dengan konsep yang semakin fresh dan kekinian.
“LA Indie Movie kami hadirkan, sejak tahun 2007, kami maksudkan agar menjadi jalan pembuka bagi mereka yang mempunyai passion di dunia perfilman, ingin mengasah skillnya, berkeinginan untuk terus kreatif berkarya menghasilkan film pendek dan terus eksis dengan berani mengekspresikan minatnya di bidang film khususnya untuk kaum muda atau generasi millenials. Hal ini sejalan dengan spirit LAzone.id ,sebagai portal yang memberikan informasi tentang gaya hidup/Lifestyle, kreativitas, entertainment, komunitas, dari sisi See Things Differently“, ujar Novrizal selaku perwakilan dari LAzone.id.
Rangkaian LAIM 2019 telah dimulai sejak November 2018 lalu dengan program LA Indie Movie Meet Up at Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) yang diisi dengan program sharing bersama para filmmaker experts.
Dilanjutkan dengan Story Competition yang mencari ide cerita original dan menarik dengan tema ‘Viral’, cerita yang terpilih akan dikembangkan menjadi skenario film pendek dan diproduksi menjadi film pendek bersama produser-produser ternama tanah air. Pendaftaran Story Competition telah dibuka sejak 27 November 2018 dan ditutup pada 24 Maret 2019 melalui www.lazone.id.
Cerita yang terpilih menjadi pemenang Story Competition akan difilmkan oleh tim filmmaker yang dijaring melalui program FILMMAKER HUNT dan diproduseri langsung oleh produser ternama yaitu Ifa Isfansyah, Ismail Basbeth dan Adhyatmika. Hasil karya ini kelak didistribusikan melalui festival dan platform digital seperti Iflix, Viddsee, dan HOOQ. Pemilihan platform digital sebagai medium distribusi film LA Indie Movie 2019 ini, sejalan dengan tema yang diusung  yaitu “Your Movie Goes Digital”.
Rina Damayanti selaku Direktur Festival LA Indie Movie 2019 menyatakan tema ‘Your Movie Goes Digital’ dipilih sebagai respons atas makin terintergrasinya dunia digital dalam keseharian generasi muda, tak terkecuali dalam menonton film.
“Teknologi digital yang terus berkembang membuka peluang dan tantangan baru kreativitas dan medium distribusi film. Bagaimana para pembuat film menangkap tantangan era digital sebagai ruang baru kreativitas dan juga platform distribusi ide dan karya tanpa batas,” ungkap Rina
Mark Francis, iflix Global Director of Original Programming, menambahkan "Film dan serial di Indonesia siap untuk pertumbuhan yang sangat positif berkat proliferasi layanan OTT (Over the Top) seperti iflix dan sebagaimana dibuktikan oleh rencana untuk membuka ratusan bioskop baru di seluruh Nusantara. Penonton lokal semakin tertarik dengan hiburan lokal berkualitas, yang menjadikan wadah seperti LA Indie Movie semakin penting. Anda tidak akan mendapatkan film yang bagus tanpa pembuat film yang hebat, itulah sebabnya kami senang berkontribusi dalam mendorong pengembangan keterampilan."
“Sebagai platform digital untuk konten pendek premium, Viddsee bangga dapat mendukung tujuan Lingkar Alumni Indie Movie 2019 dalam mengembangkan talenta para pembuat film lokal dengan mempromosikan film mereka kepada audience tanpa batas”, ungkap Arie Kartikasari, Content Manager Viddsee Indonesia.
“Dengan begitu banyaknya film atau konten yang bisa kita temukan di dunia digital dan sosial media, kita perlu memilah dan memilih konten yang mempunyai nilai lebih baik itu dari segi cerita maupun segi teknisnya. Seringkali para kreator dunia digital mengesampingkan nilai-nilai itu, maka kita perlu menularkan dan membagi pengetahuan kepada generasi muda agar dapat memproduksi film pendek yang tidak kalah dengan kualitas film bioskop,” ujar Ismail Basbeth selaku produser LA Indie Movie 2019.
 


 

​

​Salah satu program unggulan dalam LAIM 2019 adalah event LA MovieLAnd yang akan digelar di :
Jogjakarta, 2 Maret 2019, di Jogja Nasional Museum
Malang 9 Maret 2019, di Taman Krida Malang, dan
Jakarta 16 Maret 2019, di Joglo at Kemang
Mulai Pkl. 10.00 sampai pkl. 21.00 malam, akan diisi dengan berbagai program menarik dalam LA Movieland antara lain : Seri Film Workshop, Meet the Film Expert, Filmmaker Hunt, Casting, dan Open Air Cinema. Banyak filmmaker profesional akan turut hadir sebagai narasumber yang siap membagi ilmu dan pengalaman, antara lain : Angga D Sasongko (Sutradara), Edwin (Sutradara), Mouly Surya (Sutradara), Ifa Isfansyah (Sutradara /Produser), Adhyatmika (Produser), Agung Hapsah (Youtuber), Denis Adiswara (Content Creator), Roy Lolang (Cinematografer), Andhy Pulung (Editor Film), dll. Juga para aktor film Indonesia antara lain; Oka Antara, Vino G Sebastian, Ben Joshua, dan Arifin Putra.
Tentang LA Indie Movie
LA Indie Movie (LAIM) adalah wadah bagi pecinta film di Indonesia yang aktif menyelenggarakan filmmaking workshop dan short movie festival sejak tahun 2007. Kegiatan yang telah banyak menghasilkan profesional di dunia perfilman tanah air ini pada tahun 2018 berkumpul kembali dengan bendera Lingkar Alumni Indie Movie (LAIM). Fokus dari LAIM adalah memperkenalkan pembuatan film, mulai dari pengembangan cerita sampai profesi yang terlibat di dalamnya dan memberikan kesempatan generasi muda untuk terlibat dalam dunia film independen khususnya film pendek serta mempromosikan bakat-bakat yang muncul beserta karya mereka.
​
0 Comments

    Author

    Web yang dibuat untuk latihan anak-anak UKM .
    ​Penulis beragam, utama/mentor : Nuty Laraswaty 
    IG: NutyLaraswaty

    Archives

    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018

    Categories

    All

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.